Tari Sintren:Tarian Mistis ?
Tari Sintren:Tarian Mistis ?
Kali ini saya mau bahas salah satu tari tradisional dari daerah asal saya sendiri. Foto- foto ini juga saya ambil sendiri sekitar tahun 2016 di Gua Sunyaragi Cirebon.
Tari sintren merupakan salah satu kesenian budaya cirebon yang mulai jarang ditemukan di wilayahnya sendiri. Tari sintren ini sendiri juga termasuk tradisi lama rakyat pesisiran Pantai Utara atau Pantura Jawa Barat. Bukan hanya jawa barat saja berdasarkan informasi yang saya dapat tari sintren ini juga terdapat di beberapa daerah antara lain di Indramayu, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Banyumas, dan Pekalongan. Daerah tersebut memang terletak di pinggir pantai, jadi bisa dikatakan bahwasannya tari sintren ini merupakan tradisi masyarakat pesisir.
Tari
sintren ini berasal dari kata gabungan dua suku kata yaitu “Si” dan “tren”. Si
yang berarti “ia” atau “dia” dan “tren” berarti “tri” atau panggilan dari kata
“putri” kata tersebut berasal dari
bahasa Jawa. Dalam pertunjukan tari sintren ini seorang perempuan yang masih
muda dan suci harus berpenampilan seperti biasa layaknya remaja putri yang
tanpa make up dan diikat . Selama pertunjukannya dipimpin oleh seorang pawang.
Sang pawang menyalakan dupa sebelum penari masuk dalam kurungan,Setelah dupa
menyala penari itu dimasukkan ke dalam kurungan. Pawang ini selalu berkomat-kamit
seperti halnya memberikan mantra untuk sang penari. Selama memberikan mantra pawang
itu selalu meniup-niup kan asap dari dupa tersebut agar masuk dalam kurungan
yang berisikan si penari tersebut. Selang beberapa menit penari sintren ini
dikeluarkan dari kurungan tersebut. Setelah dibuka kurungan itu, sang penari
terlihat cantik dengan make up dan baju adat yang dipakainya dengan dilengkapi
kacamata hitam yang berada pada kedua matanya.
Dengan
kondisi badan yang terlihat lemah penari sintren ini ditiupkan asap dupa oleh
pawang dan di awasi oleh ketiga orang yang berjubah putih di belakangnya.
Penari itu akan menari layaknya penari biasa yang sadar. Namun penari sintren
ini menari dalam keadaan yang tidak sadar atau di alam bawah sadar. Di dalam
tubuhnya telah dirasuki oleh roh roh gaib yang dibuat oleh sang pawang. Selama
berjalannya pertunjukan ini, penonton di arahkan untuk melempar uang koin atau
uang kertas yang sudah dilipat dan harus mengenai si penari, setelah uang-uang itu dilempari dan mengenai
tubuh, si penari akan tergeletak jatuh seperti pingsan, setelah itu akan
dibacakan mantra lagi dan dibangunkan untuk menari kembali oleh sang pawang.
Begitu seterusnya, apabila dianggap cukup, pertunjukan itu akan diberhentikan
oleh sang pawang, penari itu harus dimasukan kembali ke dalam kurungan dan
dibacakan mantra kembali agar baju yang dikenakannya berubah seperti sediak
kala dan roh yang ada di dalam tubuhnya akan dikeluarkan kembali. Setelah
keadaan sudah seperti sedia kala sang penari merasa sedikit lemas dan merasa
tidak sadar apa yang telah dilakukannya itu. Lalu bagaimana asal mula cerita
dibalik tari sintren ini ?
Kesenian Sintren berasal dari kisah
Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari.
Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak,
namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya
R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun
demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam
gaib.
Pertemuan
tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh
Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh
ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R.
Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti
dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut
dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan). Lalu haruskah
sang penari sintren ini berwujud perempuan dan masih perawan?
Sang penari
diwajibkan perempuan dan masih suci, berdasarkan informasi yang didapat apabila
sang penari ini sudah tidak perawan maka arwah roh halus yang di undang sang
pawang tidak akan masuk ke tubuh si penari tersebut. Bukan hanya itu yang unik.
Kurungan untuk sang penari ini tidak sembarangan, karena untuk membuat
kurungannya saja harus dibuat oleh seorang yang memilik kekuatan batin dan
harus menjalankan puasa dan tirakaat. Bahan dari kurungannya saja harus dari
bambu khusus dan didiamkan dahulu di tempat keramat selama 3 hari.Setelah itu
akan dibungks kain berwarna hitam dan diluarnya diselimuti kain batik khas
cirebon yang biasa digunakan adalah batik mega mendung. Jadi, dibalik
penampilan sintren yang menarik ini banyak hal hal yang khas,magis dan mistik.
Komentar
Posting Komentar