Representasi Marching Band dalam Aspek Sosial dan Komunikasi Organisasi
Representasi
Marching Band dalam Aspek Sosial
dan Komunikasi Organisasi
Abstrak
Marching band merupakan kegiatan ekstrakurikuler di
dunia pendidikan Indonesia. Marching band ini
hadir sebagai pelengkap kegiatan para pelajar maupun pemuda-pemudi
Indonesia. Para pemain marching band ini merupakan pemain yang cerdas yang mana mereka dapat
menampilkan keharmonisan alunan musik dan visual dalam display. Tulisan ini membahas apakah
ada hubungan dari representasi marching band dengan aspek
sosial dan juga dalam komunikasi organisasi.
Hasilnya adalah relasi antara marching band dengan aspek sosial
dan komunikasi organisasi sangat lah erat
dimana terdapat pembelajaran sosial didalam nya, ada juga
pembahasan mengenai sikap dan prilaku seseorang, dapat juga mendidik para pemainnya jika dilihat
dalam komunikasi organisasi ternyata marching band juga banyak yang dapat
dijadikan contoh di dalamya.
Kata Kunci
: representasi,Marching band,social,komunikasi organisasi
Pendahuluan
Marching
band merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris yang berarti sekelompok
barisan orang yang memainkan bebarapa alat musik. Alat musik
tersebut ada yang berupa alat tiup,alat pukul yang
berupa perkusi ataupun ada juga yang berupa instrument pit. Marching band juga
didukung oleh keindahan dari color guard yang memiliki arti penjaga warna
dengan filosofi color guard selalu memberikan warna lewat bendera dan tarian
yang seseorang mainkan untuk memperindah alunan musik. (https://id.wikipedia.org/wiki/Orkes_barisan
akses 11 juli 2015)
Awalnya marching band memang hanya ada di dalam dunia militer,
dengan seiringnya perkembangan zaman marching band didirikan di sekolah-skolah,
universitas, instansi pemerintahan bahkan instansi
swasta yang berkedudukan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah khususnya kedudukan marching band ini sangat diistimewakan karena setiap
anak yang mengikuti marching band dia akan secara langsung mengasah otak kanan nya setelah ia
belajar di kegiatan intrakurikuler. Apalagi Marching band ini bukan hanya memainkan alat musik
semata. Jika kita lihat secara seksama kegiatan dalam marching band ini sangat lah banyak memiliki manfaat
dalam kehidupan di dalam marching band kita diajarkan banyak hal. Bisa memainkan
musik saja tidak
cukup dalam marching
band ia harus menguasai dalam segi fisik,pikiran baik jasmani maupun rohani.
“Dalam
konteks pendidikan dan pertumbuhan emosional siswa, pembinaan watak dan
kepribadian melalui pelatihan marching band ini sangat direkomendasikan.
Pasalnya, musikalitas marching band identik dengan kerjasama dan keutuhan team,
tidak bisa saling menonjolkan kemampuan atau kepiawaian masing-masing.”(Bayu
adji http://www.ppromarching.com/marching-band-dan-sihir-pop-culture.html , akses 11
juli 2015)
Dalam kegiatannya kita di tuntut untuk disiplin waktu
baik dalam bermain music ataupun dalam berbaris membentuk sebuah gambar. Visual
dalam marching band sangatlah apik tidak mudah untuk membuat visual yang dapat
dinikmati para penonton. Sebagai pemain marching band di tuntut untuk paham
secara kesuluruhan baik dalam music maupun berbaris. Dalam membentuk visual
display pikiran para pemain sangat terbagi dimana mereka harus memikirkan
hitungan langkah demi langkah agar tercapainya suatu bentuk yang rapih dan apik
dan juga mereka memikirkan agar musik terdengar harmoni dimana dari beberapa alat music
dimainkan secara bersama-sama namun tetap rapih tidak berbenturan tentu itu
tidak mudah. Apalagi jika dalam sepanjang permainannya menemui bebrapa tempo
yang cepat yang menuntut mereka tetap harus fokus dalam melangkah dan memainkan music nya agar suara
yang dihasilkan tidak fals.
Bukan hanya itu,
penampilan marching band dalam bentuk parade pasti termasuk sesuatu hal
yang sangat di tunggu-tunggu. Misalkan saja dalam parade kebudayaan,tentu saja
terdapat marching band yang ikut meramaikannya. Penonton pasti saja menunggu
kehadiran marching band. Bagi para pemain marchiong band dalam sebuah parade
mereka dituntut untuk tahan dalam hal fisiknya agar tidak mengecewakan penonton
dan bermain sampai garis akhir atau finish.
“Sebuah
kalimat yang terkenal ‘music speak better than word‘ memang telah teruji
pada riset-riset yang dilakukan oleh para pakar dunia pendidikan. Melalui
penghayatan nilai-nilai musikal dalam kegiatan pokok marching band, para
anggota akan menjadi lebih berbudaya tinggi dan akan lebih cerdas.” (Bayu adji http://www.ppromarching.com/marching-band-dan-sihir-pop-culture.html , akses 11
juli 2015)
Marching band juga menduduki sebagai hobi seseorang.
Banyak persepsi seseorang memandang marching band itu hobi yang paling mahal,
dan banyak yang takut untuk mengikuti marching band jika di tampakkan dengan
harga alat music yang sangat luar biasa mahalnya. Namun, pada saat ini sudah
banyak unit marching band yang tidak memungut biaya bagi para pemain nya. Jadi
bisa dikatakan para pemain hanya tinggal melakukan permainan musiknya tanpa
memikirkan keuangan mereka. Contohnya saja di unit marching band pemerintahan.
Mereka merekrut para pemuda yang ada dalam suatu daerahnya tanpa memungut uang.
Bahkan para pemuda yang berhasil sukses dalam marching band dia akan
mendapatkan hasil baik dalam bentuk pengalaman maupun keuangan. Pemerintah daerah
memiliki satu unit marching band yang mana banyak diikutkan dalam kompetisi
misalkan saja Kejurnas, Porda , maupun Pon. Pemain yang kebanyakan dari para
pelajar daerah yang di manfaatkan pemerintah untuk bergabung dalam unit nya
untuk mengikuti beberapa kompetisi tadi, seperti yang disebutkan tadi para
pemain akan mendapatkan bonus dari pemerintah daerahnya jika mereka berhasil
menembus juara dalam beberapa kompetisi yang diadakan pemerintah Negara kita.
Jika kita lihat dalam universitas sendiri banyak universitas
yang memiliki unit marching band. Para pemainnya pun didatangkan dari mahasiswa
yang belajar di universitas tersebut. Contohnya saja pada unit Marching band
Universitas Islam Indonesia. Para anggota Marching band UII ini semuanya
berstatus mahasiswa UII. Mereka dalam kegiataannya bukan hanya bermain music
semata melainkan mereka memiliki organisasi yang bisa dibilang besar. Lihat
saja kedudukan MB UII ini dalam Universitas Islam Indonesia, kedudukannya itu
sebagai Lembaga Khusus atau yang biasa kita sebut dengan LK. Mahasiswa yang
sudah berstatus anggota MB UII ini maksimal ia berstatus anggota itu 5 tahun
jika lebih maka sudah dinyatakan sebagai alumni. Kepengurusan MB UII ini
sangatlah tertata rapih, jadi kita diajarkan untuk berorganisasi di dalamnya
dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengasah soft skill nya bukan hanya mengasah
hard skill dalam kelas perkuliahan.
“Jadi, tak
ada alasan bagi siswa bahwa, kegiatan marching band dijadikan musabab
terganggunya prestasi belajar mereka. Masalahnya adalah bagaimana mengubah
kebiasaan dan pola belajar siswa menjadi lebih efektif sedemikian rupa sehingga
terjadi sinergi yang mutualistis diantaranya.”(
http://www.ppromarching.com/marching-band-dan-prestasi-belajar-siswa.html
, akses 11 juli 2015)
Sebagai
mahasiswa harus lah pintar menempatkan kegiatan yang bersifat aademik maupun
non akademik, apabila penempatannya seimbang dang penggunannya sesuai porsi
maka manfat dari setiap kegiatan tersebut akan di akan oleh masing-masing
individu yang mengerjakannya.
Metodologi
Penelitian
Penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif ini menggali data penilitian dengan cara
wawancara dengan anggota Marching Band UII selain itu juga terjun langung pada
kegiatan yang ada dalam Marching Band UII. Penelusuran data sekunder juga
dilakukan dengan mengambil dari beberapa buku referensi untuk memperkaya data
hasil penelitian.
Hasil
Penelitian
Teori
Sikap
a.
Pembentukan
Sikap melalui kegiatan Marching Band
Dalam
psikologi sosial ada yang dinamakan classical conditioning yang merupakan
pembelajaran berdasarkan asosiasi. Classical conditioning ini merupakan suatu
prinsip dasar dalam psikologi dimana sebuah stimulus hadir dan berulang-ulang
diikuti dan dilanjutkan dengan stimulus lainnya,berarti dalam hal ini stimulus
yang awal berperan sebagai kode yang akan ada stimulus lainnya yang
mengikutinya.(Baron,dkk.,2003:123)
Lalu
adakah relasi antara classical conditioning dengan pembentukan sikap? Jelas ada
karena di sini Classical conditioning berperan sebagai dasar untuk memunculkan
sebuah sikap seseorang. Dalam kegiatan marching band contoh yang jelas seperti
ini : Seorang anggota junior melihat
anggota seniornya sangat disiplin dengan waktu bermain musik. Ketika
kedisipinan waktu dalam bermain musik itu dilanggar maka tidak akan hadir
sebuah alunan musik yang bagus bukan karena itu saja,bisa saja seseorang yang
melanggar itu akan dapat sangsi yang mendidik seperti push up. Maka seorang
anggota junior tersebut akan membentuk sikap pada dirinya untuk disiplin dalam
waktu agar dirinya tidak terkena sangsi yang diberikan oleh pelatih dan bahkan
dapat menghasilkan hasil permainan musik yang bagus.
Selain
itu terdapat juga Instrumental conditioning yang mana memeiliki arti belajar
untuk mempertahankan pandangan yang benar. Instrumental conditioning ini
merupakan suatu bentuk dasar dari adanya pembelajaran dimana adanya respon yang
menumbuhkan hasil yang positif atau bahkan dapat mengurangi hasil negatif
diperkuat.(Baron,dkk,.2003:124).
Dalam
kegiatan Marching Band di UII dapat kita lihat bahwa setiap anggota yang
terdaftar selalu hadir tepat pada waktunya akan dimasukkan ke dalam kategori
best player yang ada setiap bulannya dan
akan mendapat penghargaan bagi nya. Hal itu lah yang mencontohkan tingkah laku
yang dilakukan akan mendapat hasil yang positif, namun bagaimana jika
sebaliknya tingkah laku yang diikuti
dengan hasil negatif, yaitu ketika seorang anggota telat hadir pada setiap agenda
latihan akan di tanyakan laporan pertanggung jawabannya dengan di tanyakan
alasan mengapa datang terlambat dan akan dikenakan sangsi ringan yang mendidik
seperti lari atau push up. Hal itu lah yang akan semakin lemah dan berkurang
seorang anggota akan mengurangi nya karena dinilai melelahkan untuk dapat
hukuman tersebut. Sehingga, Intrumental conditioning ini merupakan cara lain
bagimana sikap diadopsi dari orang lain.
b.
Sikap dan
Prilaku
Perilaku
seseorang akan dapat banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Demikian pula
sikap yang di ekspresikan (expressed attitudes) sesuatu yang dipengaruhi oleh
keadaan sekitarnya.Sedangkan expressed attitudes merupakan
perilaku.(Myers,1983)
Apabila
suatu sikap akan diukur maka pengukuran tidak secara langsung,maka bisa jadi
yang diukur adalah sikap yang menampak, dan sikap itulah yang juga sebagai
perilaku. Jadi, Perilaku dengan sikap saling mempengaruhi karena adanya
interaksi satu sama lain.
Sikap memiliki tiga komponen yaitu :
1.
Komponen kognitif (komponen perseptual),
yaitu komponen yang memiliki kaitan dengan pengetahuan pandangan, keyakinan.
2.
Komonen afektif (komponen
emosional), yaitu komponen yang ada hubungannya dengan rasa senang atau tidak
senang terhadap suatu bjek sikap.
3.
Komponen konatif (komponen perilaku
atau action component), yaitu yang berhubungan oleh tindakan terhadap suatu
objek sikap.(Walgito,1978:127-128)
Ketiga
komponen sikap tersebut jika dilihat dalam kehidupan Marching Band sangatlah
terlihat dimana seorang anggota marching band di tuntut untuk berpengetahuan
lebih terhadap musik, Dalam setiap gerakan dalam marching band memiliki
kebiasaan untuk bersikap tegas, senang atau tidak kita di tuntut untuk bersikap
tegas jika sudah dituntut seperti itu mau tidak mau kita harus bertindak sebagai
anggota marching band yang terlihat gagah dan tegas pada setiap penampilannya.
Dengan sikap seperti yang dibahas tadi
perilaku anggota marching band harus ditampakkan kepada khalayak yang melihat
dimana perilaku anggota marching band selalu baik,rapih, dan terlihat gesit.
Sikap itu
sendiri tidak dibawa sejak lahir, sikap dapat terbentuk dikarenakan adanya
perkembangan suatu individu.Maka sikap itu dapat dibentuk ataupun terbentuk
namun tetap meiliki sifat yang agak tetap.(Walgito,1978:131)
Teori Self
a.
Sifat terhadap diri sendiri atau
Self Estem
Sikap yang
harus dikembangkan oleh seseorang adalah sikap terhadap diri sendiri. Pada
tahap evaluasi terhadap diri sendiri atau yang dinamakan dengan self esteem ini
merupakan tahap dimana sikap seseorang akan dikaji ulang dan dapat
berkembang.Mulai dari sikap yang sangat negatif sampai sangat positif di tahap
inilah seseorang akan dievaluasi.
Sedikides(1993)
menyatakan tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri orang dapat mencari self
assesment (untuk memperoleh pengetahuan yang akurat tentang dirinya sendiri),
self-enhancement (untuk mendapat informasi positif tentang diri mereka sendiri
atau self-verification (untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka ketahui
tentang diri mereka sendiri).
Apabila
seseorang memiliki self esteem yang tinggi ini berarti seorang tersebut sangat
mencintai dirinya sendiri. Seperti halnya seorang anggota marching band akan
mengevaluasi dirinya sendiri terhadap apa yang telah ia kerjakan dalam sebuah
tim marching band baik dalam permainan musik ataupun menjaga barisan yang tetap
rapih dalam visualisasi display. Mereka tidak asal bermain musik, tetapi mereka
berpikir bagaimana agar musik yang dihasilkan itu dapat dinikmati penonton.
Apabila seorang tersebut setelah permainan musik selesai mereka akan
mengevaluasi apa yang sudah dikerjaknanya baik itu positif ataupun negatif.
Sehingga untuk permainan musik selanjutnya akan lebih baik dari sebelumnya.
Walupun kita
sering kali membicarakan self esteem sebagai sebuah kesatuan pada umumnya
individu mengevaluasi diri mereka sendiri dalam dimensi yang majemuk seperti
olahraga,akademis, hubungan interpersonal, dan seterusnya. Self esteem secara
keseluruhan mewakili rangkuman dari evaluasi spesifik ini
(Marsh,1995:Pelham,1995a, 1995b).
Self esteem
ini sendiri seringkali diukur sebagai sebuah peringkat dalam sebuah dimensi
yang berkira kira dari mulai yang negatif sampai positif atau dari yang rendah
hingga yang tinggi sekalipun. Ada pendekatan yang berbeda adalah terletak pada
pendekatan dengan meminta mencari tahu atau mengindikasikan diri ideal seorang
itu seperti apa, diri mereka yang sebenarnya, dan kemudian meneliti perbedaan
diantara keduanya. Maka semakin besar perbedaan antara self dengan idealnya,
semakin rendah self esteem.(Baron,dkk,.2003:174).
b. Fungsi
Self
Dalam fungsi self ini
sendiri terdapat tiga hal yaitu :
1. Self
focusing yaitu dimana sebuah perhatian yang intens yang difokuskan pada diri
sendiri. Pada umumnya mengubah fokus perhatian seseorang adalah hal yang cukup
mudah yang mana dalam konteks diri sendiri. Kekonsistenan dan fokus terhadap
diri sendiri dapat menciptakan kesulitan.Yang mana banyak faktor luar yang akan
mengganggu diri kita sendiri sehingga kefokusan terhadap diri kita tidak
selamanya konsisten,ada waktu dimana kita tidak bisa fokus.
Fokus
pada diri sendiri sering kali merupakan
sebuah cara yang berguna untuk mengatasi situasi yang penuh tekanan, jika hal
itu melibatkan pengendalian keadaan perasaan seseorang dan memikirkan cara
untuk memecahkan masalah(Taylor dkk.,1998).
2. Self
monitoring yaitu posisi dimana tingkah laku yang diatur berdasarkan adanya
petunjuk eksternal seperti bagaimana orang lain bereaksi.atau juga biasa
disebut self monitoring tinggi selain itu juga ada self monitoring rendah yang
mana berpacu terhadap petunjuk inernal seperti keyakinan seseorang dan
sikapnya(Baron,dkk,.2003:182).
Orang
dengan self monitoring yang rendah cenderung bertingkah laku dengan cara yang
konsisten terlepas dari situasi yang ia hadapi, sementara orang dengan self
monitring yang tinggi cenderung mengubah tingkah laku saat situasi
berubah.(Koestner, Bernieri, &Zuckerman,1992)
3. Self
efficacy yaitu bentuk keyakinan seseorang terhadap kemampuan ataupun
kompetensinya berdasarkan kinerja tugas yang diberikan,mencapai tujuan, atau
mengatasi sebuah hambatan. (Baron,dkk,.2003:183).Bentuk evaluasi ini dapat
bervariasi tergantung pada situasi yang sedang dihadapi.
Dalam
marching band self focusing sangat diperlukan karena, setiap anggota wajib
hukumnya untuk fokus dalam apa yang dimainkannya, Jika kefokusannya kabur atau
bisa jadi hilang, maka apa yang dimainkannya akan hancur. Bukan karena itu saja
tapi anggota lain juga akan terkena imbasnya karena jika satu orang tidak fokus
dalam sebuah permainan musik itu akan membuat hancur permainan anggota lain,
Dapat dikatakan bahwa yang tadinya terdengar harmoni yang kuat pada satu suara
namun jiaka self focusing seseorang tersebut hilang makan suara yang dihasilkan
itu akan menjadi sumbang. Bukan hanya dari kualitas suara saja, tetapi juga
visual dalam display akan hancur.
Pada
self monitoring sendiri anggota marching band harus mengerti hal ini karena,
dalam marchng band apabila seorang anggota mendapatkan sebuah kesalahan
misalkan saja salah dalam meniup nada,maka akan muncul suatu tindakan dari
orang lain baik itu bersifat negatif maupun positif. Situasi eksternal tersebut
akan membantu kita untuk bertingkah laku,khusnya dalam konteks marching band
tingkah laku dalam bermain musik ini harus menjiwai dan merasakan apa yang
dimainkan oleh individu tersebut.Agar feel dari musik tersebut tersampaikan
oleh para pendengar dan penonton yang melihatnya. Dari situasi eksternal
tersebut maka keyakinan pada diri anggota marching band akan terbentuk dan
sikap siap seorang anggota marching band akan kokoh.
Pada
self eficacy keyakinan seorang anggota marching band harus benar-benar
ditanamkan. Keyakinan mereka dalam meniup sebuah nada, memukul sebuah
ketukan,dan menari sesuai irama dan bermusik sesuai tempo yang diminta. Maka
dari hal itu sebuah tim marching band akan terlihat ajeg. Apabila dari
individunya sendiri tidak yakin dengan apa yang ingin dimainkannya maka hasil
yang diperoleh adalah kualitas musik yang tidak maksimal otomatis penonton
tidak terpuaskan dengan penampilan yang mereka berikan. Dari ketiga fungsi self
tersebut jelas adanya sangat berpengaruh terhadap setiap anggota marching band.
Maka dari itu perlunya penambahan wawasan dan pemahaman mengenai hal ini.
Komunikasi
Oganisasi dalam Marching Band
Komunikasi
Organisasi Verbal
Dalam
komunikasi verbal komunikasi dilakukan dengan cara mengeluarkan simbol-simbol
atau kata-kata, komunikasi ini dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Komunikasi verbal sangat diperlukan di dalam marching band. Ini dilakukan
ketika seorang presiden dalam organisasi marching band ini dan para pengurus
bawahan presiden. Dengan menggunakan omunikasi verbal ini dapat memungkinkan
melakukan perkembangan dalam strategi,pengidentifikasian tujuan atau bahkan
perkembangan tingkah laku agar tujuan tercapai.
Komunikasi
verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi Lisan dalam konteks marching band
sendiri dimana ada seorang berkomunikasi kepada seorang lainnya dengan tujuan
agar pendengar dapat langsung menerima informasi yang diberikan. Misalkan saja
dalam marching band ini seorang pelatih memberikan arahan berupa masukan kepada
para pemain agar mereka bermain lebih bersih dan tidak terdengar kasar, maka
para pemain akan langsung mendengarkan dan merubah tingkah laku mereka agar
bisa lebih baik dalam bermain.
Dalam
Komunikasi tulisan sendiri dimana seorang atasan memberikan suau pesan
informasi bagi penerima agar mengetahui informai yang diberikannya. Dalam
marching band pelatih berhak menyampaikan pesan yang ingin mereka sampaikan
melalui tulisan. Dimana ada sebuah partitur musik yang berisikan not not balok
untuk para pemain musik, disini pelatih berpesan melalui musik agar penerima
pesan (pemain marching band) dapat mengerti dan mempraktekannya dalam setiap
latihan.Dalam pesannya biasanya berisikan cara bagaimana musik itu dimainkan
mungkin dalam mezofortes,forte, sforzando dan lain sebagainya.
Dalam
organisasi,terdapat bermacam-macam tipe dari komunikasi lisan seperti :
instruksi,penjelasan,laporan lisan,pembicaraan untuk mendapatkan persetujuan
kebijaksanaan,memajukan penjualan dan menghargai orang dalam
organisasi(Muhammad,2005:96).
Dalam
Komunikasi tulisan Lewis(1987) menyarankan agar memperhatikan prinsip-prinsip
nya yaitu : kebenaran cara menulis, keringkasan isi, kelengapan, kejelasan dan
kesopansantunan.
Komunikasi
Organisasi Nonverbal
Dalam
komunikasi organisasi nonverbal dilakukan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti halnya
komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh ,sikap tubuh, kontak mata ataupun ekspresi muka, hal tersebut yang
dilakukan dalam komunikasi nonverbal untuk bertukar pesan. (Muhammad,2005:130).
Terdapat
tiga hal yang perlu diingat dalam komunikasi nonverbal yaitu: Pertama, Hindari
melakukan generalisasi karena
keseluruhan arti tidaklah dapat didesain untuk tindakan nonverbal tertentu.
Kedua, komunikasi nonverbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri.
Ketiga, Komunikasi nonverbal dapat
dengan mudah ditafsirkan salah.(Muhammad,2005:131).
Komunikasi
nonverbal sangat sering digunakan pada setiap penampilan marching band, dimana
seorang field commander atau yang orang umum tau yaitu dirigen. Melalui
komunikasi nonverbal sebuah field commander sangat berarti bagi para pemain
marching band. Jika pemain salah menafsirkannya, sebuah penampilan tidak akan
indah dilihat maupun di dengar.
Terdapat beberapa fungsi dalam
komunikasi nonverbal
1.
Pengulangan
Dalam
kehidupan sehari-hari juga komunikasi nonverbal digunakan sebagai pengulangan.
Misalkan seorang bapa berusaha agar anak-anaknya
tenang,dia mendekati anaknya dengan meletakkan telunjuk bersilang pada bibir
sambil mengatakan ssstt.(Muhammad,2005:133).
Dalam
marching band komunikasi nonverbal yang digunakan sebagai pengulangan juga dilakukan pada saat ketika Field
commander yang bertugas memimpin tim marching band mengatakan siap gerak,
selanjutnya dia akan menepuk tangannya dua kali. Itu sebagai pengulangan dari
kata-kata siap gerak.
2.
Pelengkap
Komunikasi
ini juga bisa sebagai pelengkap atau mangacu pada penguraian dan pemberia
tekanan terhadap pesan verbal .(Muhammad,2005:133).
Misalnya,
seorang karyawan pada waktu pagi masuk kantor mengucapkan selamat pagi pada
temannya yang sudah lebih dahulu datang dan diiringi senyuman yang hangat sambil
memandang kepada teman-temannya.Senyuman dan kontak mata berfungsi sebagai
pelengkap ucapan selaa pagi yang akan mempermudah interprestasi dari pesan
tersebut. .(Muhammad,2005:133).
Dalam
marching band komunikasi nonverbal yang digunakan sebagai pelengkap juga
dilakukan ketika perkusi memainkan pukulan musiknya dengan mengataan cak cak
cak cak dan dilengkapi denngan visual menggunakan stik, hal tersebut digunakan
sebagai penyemangat agar permainan musik dapat dilihat dan didengar dengan
bagus.
3.
Pengganti
Komunikasi
ini juga sering digunkan setelah komunikasi verbal sendiri tidak ingin
dilakukan.Misalnya, Teman anda menanyakan dimana letak kantin di Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial dan Budaya dan anda hanya menjawag dengan gelengan
kepala untuk menjawab tidak tahu dalam segi komunikasi verbalnya.
Dalam
Marching band komunikasi ini sering digunakan juga oleh seorang field commander
dimana dia selaku pemimpin dalam sebuah tim marching bnand yang mengatur
jalanya musik yang dimainkan, Misalnya ada
sebuah farase dimana perkusi harus bermain dengan lembut dan tidak
terlalu keras, maka dia akan mengayunkan tangan menjadi lebih lembut pada
proses pengaturan musik di saat show berlangsung ataupun sedang pada latihan.
4.
Memberikan Penekanan
Setelah
komunikasi verbal digunakan maka ada juga yang dilanjutkan dengan komunikasi
nonverbal yang mana dilakukan sebagai penekan terhadap apa yang
diucapkan.(Muhammad,2005:134).Dimana adanya tekanan suara yang diucapkan itu
seperti mengucapkan kata perintah dengan nada tinggi itu termasuk komunikasi
nonverbal sebagai penekan.
Gerakan
kepala dan nada suara adalah bentuk yang
umum digunakan dalam memberikan penekanan secara nonverbal yang memberikan
kejelasan kepada orang lain. Gerakan kepala dan perubahan suara hendaklah secara
wajar dan mengalir secara halus dalam penyampaian pesan
verbal.(Muhammad,2005:134).
Dalam
Marching band komunikasi nonverbal seperti ini sering digunakan oleh seorang
field commander. Misalkan saja dia sedang menghitung untuk memulai suatu
permainan musik degan nada rendah dan tempo yang diinginkan merupakan suatu
penekanan dalam komunikasi nonverbal agar pemain musik paham apa yang ingin
dimainkannya.
5.
Memperdayakan
Komunikasi
nonverbal seperti ini merupakan tanda yang sengaja digunakan untuk memberikan
informasi yang salah , maksudnya adalah untuk memberikan suatu arahan yang
tidak benar atau juga untuk memperdayakan orang lain sehingga orang dapat salah
menafsirkannya.Misalkan saja pada pemain kartu dimana mereka mempunyai kartu
masing-masing. Mereka akan menampakkan muka nya mungkin senang,sedih atau lain
sebagainya. Kita stau ada yang namanya poker face dimana pemain kartu
memanipulasi mimik muka nya ketika dia dalam bermain kartu, agar lawannya tidak
mengetahui bagaimana kondisi kartu lawan yang sebenarnya ia
miliki.(Muhammad,2005:135).
Dalam
maching band bentuk komunikasi nonvebal seperti ini biasanya dilakukan oleh
para peainnya, misalkan saja seorang emain snar drum berada pada posisi dimana
lagu yang dimainkan sangat semangat dan membakar emosi yang ada, makan mimik
muka yang diberikan adalah muka yang semangat dan sedikit sangar. Agara orang
yang melihatnya mengikuti irama yang semangat yang mereka sajikan.
Komunikasi
kelompok kecil
Komunikasi
kelompok merupakan suatu gerakan yang dapat mempengaruhi satu sama lain yang
dilakukan oleh suatu kumpulan individu, adanya interaksi untuk beberapa tujuan
yanng diinginkan, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, mengambil suatu
peranan dan berkomunikasi tatap muka. Apabila salah satu dari komponen ini
hilang maka individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil.
(Muhammad,2005:182).
Komunikasi
dalam kelompok kecil juga memiliki tujuan dari bermacam-macam tugas atau untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi.Ada tujuan yang bersifat personal ada
juga yang bersifat untuk kepentingan pekerjaan aau tugas.
a.
Tujuan Personal
Ada 4 kategori alasan seseorang
dalam mengikuti kelompok yaitu untuk hubungan sosial,penyaluran,kelompok terapi
dan belajar (Muhammad,2005:182).
1.
Hubungan sosial
Hubungan
sosial sangat wajib dimiliki oleh manusia karena anusia ialah makhluk sosial.
Dalam marching band seorang berkomunikasi dengan orang lain hanya bisa di luar
lapangan seperti bercanda tawa dengan riang, karena ketika di lapangan sebuah
komunikasi kelompok dilakukan hanya untuk kepentingan musik semata dimana semua
dibutuhkan kefokusan dalam permainan musik. Hubungan sosial anggota marching
band sangat dibutuhkan karena apabila hubungan sosial seorang anggota dengan
anggota lainnya tidak terjalin maka akan berpengaruh dalam kerja team permainan
musik di lapangan. Ketika diluar lapangan setiap anggota akan memiliki waktu tersendiri untuk
bersenang-senang,bercanda ria untuk
menjalin hubungan sosial yang baik, dalam Marching band UII sendiri mereka
setiap pulang latihan berkumpul di suatu rumah makan atau yang sering biasa di
sebut burjo. Selain itu juga mereka memiliki agenda untuk mengisi liburan bisa
liburan ketika weekend maupun liburan semester, Jadi hubungan sosial mereka
terjalin satu sama lain.Meskipun mereka didatangkan dari jurusan yang
berbeda-beda hubungan sosial sangat diperlukan.
2.
Penyaluran
Komunkasi
elompok kecil dapat memberikan wadah agar penyaluran perasaan kita tersampaikan
pada orang lain. Bis adi perasaan senang atau pun sedih. Marching band juga
biasanya memiliki suatu wakt dimana adany penyaluran curhatan hati seorang
anggota mereka biasa nya mengeluakan masalah yang ia hadapi dalam lapangan dan
biasanya mereka menyalrkan perasaan tersebut melalui departemen SDM dalam
kepengurusan Marching band UII. Setelah penyaluran perasaan tersebut dilakukan
biasanya banyak jalan keluar yang didapatkan sebagai tujuan mereka dapat hidup
di kelompok sosial marching band ini.
3.
Kelompok terapi
Komunikasi kelompok kecil memberikan sebuah terapi yang
biasanya dalam permasalahan kehidupan. Dalam marching band ini dapat
menyembuhkan kemalasan seseorang dalam menyelesaikan suatu hal karena dalam
marching band mereka dituntut untuk selalu bersiap sedia meski hujan badai
menerpa nya. Dapat juga menumbuhkan kedisplinan seseorang dikarenakan ontime
sangat diperlukan dalam hal ini karena setiap orang sangat berpengaruh dala
marching band,misalkan saja mereka diharuskan latihan display apabila ada satu
anggota saja yang tidak hadir maka latihan tersebut tidak akan maksimal, sebuah
pergerakan display sangat membutuhkan semua pemain agar bentuk yang dihasikan
rapih sesuai dengan yang diinginkan.
4.
Belajar
Kelompok
kecil juga dapat digunakan sebagai media belajar. Dalam marching band banyak
juga anggota yang memanfaatkan tujuan seperti ini karena, mereka memiliki waktu
untuk privat dengan seorang asisten peltih maupun pelatih. Di luar jadwal
agenda latihan rutin mereka menyelenggarakan privat dimana mereka akan belajar
ateri musik maupun yang lainnya, adanya interaksi antar anggota juga sangat
memungkinkan adanya pertukaran ilmu jadi setiap anggota akan menjadi rangking
satu semua, tidak ada yang menonjol sendiri semua anggota memiliki kehebatannya
dalam bermusik.
b.
Tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan
Komunikasi
kelompok yang digunakan untuk menyelesaikan dua tugas umum yaitu pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah. (Muhammad,2005:184).
1.
Pembuatan keputusan
Dalam
pembuatan keputusan orangorang berkumpul bersama-sama di suatu tepat dan
mendikusikan dan membuat keputusan mengenai suatu hal.Dengan mendiskusikan
dengan orang lain maka akan mempermudah suatu hal banyak pilihan yang bagus dan
anggota kelompok memilih hal mana yag terbaik setelah itu diputuskannya.
(Muhammad,2005:184). Dalam marching band kegiatan seperti ini banyak dilakukan
contoh nya saja ketika suatu jadwal latihan tidak mendukug karena beberapa hal,
dai tim kepelatihan selalu mendiskusikanya bersama-sama dengan anggota lainnya
untuk open plan jadwal latihan apa yang harus dibuat dengan sebaik mungkin agar
jalannya latihan tetap lancar.
2.
Pemecahan masalah
Kelompok
kecil merupakan suatu hal yang sangat memudahkan untuk memecahkan masalah.
Orang yang membentuk kelompok pemecahan masalah dalam bermacam-macam konteks
sepert di tempat kerja, di pemerintahan, di sekolah dan di rumah.
(Muhammad,2005:184). Dalam marching band pembuatan kelopok kecil untuk
memecahkan masalah sangat diperlukan dalam tbebrapa tim kepengurusan. Salah
satu contohnya saja Tim kepelatihan merumuskan suatu hal bagaimana agar lagu
yang akan dibawakan ditransfer ke anggota sesuai dengan ekspektasi yang
diinginkan, bagaimana agar anggota memahami materi yang di tranferkan oleh tim
kepelatihan, bagimana agar target laihan yang sudah dibuat akan terlaksana
dengan baik dan tepat waktu. Hal-hal tersebut tentu saja perlu di rumuskan di
temukan bagimana pemecahannya.
Penutup dan Kesimpulan
Dengan
ditilik nya marching band dalam aspek sosial dan komunikasi
organisasi.Dalam marching band sendiri
terlihat jelas adanya pembelajaran tersendiri dalam segi psikologi sosial.
Dengan adanya pembentukan sikap setiap individu ini dapat dibentuk melalui
kegiatan marching band dimana dalam kegiatan tersebut jelas adanya pembentukan
sikap seseorang,seseorang dapat berlaku disipilin dan rapih dalam kegiatan
marching band dan dapat juga dibawa di luar kegiatan, bukan hanya itu dengan
pembentukan sikap seseorang melalui marching band banyak seorang anggota
marching band yang menyadari bahwasannya apa yang dididik tersebut dapat di
aplikasikan dalam kegiatan sehari-hari. Apalagi bagi mahasiswa sendiri yang
mana banyak menginginkan soft skill nya itu diasah.
Kita
tahu sendiri bahwasannya marching band ini sendiri hadir sebagai wadah untuk
mahasiswa untuk mengasah soft skillnya.Seperti halnya kegiatan marching band di
Universitas Islam Indonesia ini sendiri yang kegiatan nya bukan hanya bermusik
tetapi juga banyak kegiatan sosial sebagaimana sebuah organisasi fomal lainnya
dan juga mereka menduduki sebagai lembaga khusus bukan hanya unit kegiatan
mahasiswa saja.
Sikap
dan prilaku pun sangat berhubungan karena diantara keduanya saling berinteraksi
maka seorang anggota marching band dimana Perilaku
seseorang akan dapat banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
begitu juga dengan sikap. Dengan kebiasaan yang dilakukan itu positif dalam
kegiatan tersebut maka sikap dan prilaku seseorang akan baik adanya.Apabila
ditilik dalam teori self sendiri banyak juga pelajaran yang dapat membuat
pribadi seseorang menjadi baik adanya.Setelah kita mengetahuinya fungsi dalam
self sendiri antaralain Self focusing,self monitoring, dan self efficacy.
Ketiga fungsi tersebut sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari hari yang mana
sering digunakan dalam kegiatan marching band ini.
Komunikasi
organisasi dalam marching band sendiri banyak hal yang dapat diterapkan dalam
organisasi lainnya baik dalam segi hal komunikasi verbal maupun non verbal.
Kedua hal itu memang jelas adanya dalam organisasi lain. Dengan marching band
ini bukan hanya dalam bermain musik yang dipertimbangkan, dari segi komunikasi
sendiri memiliki ciri khas tersendiri di dalamnya yang membuat ketertarikan
tersendiri.
Daftar Pustaka
Baron, R.A. and
Byrne, D. Social Psychology, terj. Ratna
Djuwita , Dipl.Psychl. Jakarta: Penerbit Erlangga.2003
Lewis, Philip V.
Organizational Commnication: The Essence
of Effective Management. New York: John Willey & Sons 1987.
Muhammad,Arni. Komunikasi Organisasi.Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.
Myers, D.G. Social Psychology. International Student
Edition. McGraw-Hill International Book Company, Tokyo.1983.
Taylor, S.E.,
Peplau , L.A. and Sears, D.O. 1994. Social
Psychology . Eighth Edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey.
“
Marching Band dan Sihir Pop Culture.” http://www.ppromarching.com/marching-band-dan-sihir-pop-culture.html, (akses 11 juli 2015)
“Marching
Band dan Prestasi Belajar Siswa.” http://www.ppromarching.com/marching-band-dan-prestasi-belajar-siswa.html,(akses
11 juli 2015)
Komentar
Posting Komentar